Ini adalah kisah yang di ceritakan oleh teman saya pada waktu SMA dimana kami sedang berada dimasa- masa yang berat. Yaitu ketika kami dihadapkan dengan berbagai ujian.
Ini dia ceritanya pada saya dan teman- teman, sungguh sangat memotivasi.
Kalau Ikan Bisa, Kenapa Kita Tidak?
Ketika itu, ada satu musim yang memberikan saya sebuah pelajaran, yaitu musim ikan cupang. Tahu kan? Tapi jujur saya tidak suka sama yang namanya cupang petarung yang hitam-hitam itu. Saya sukanya sama ikan cupang hias yang warna-warni. Cerita bermula ketika saya main ke rumah teman, kemudian melihat berbagai cupang hias yang ekornya dan tubuhnya indah itu. Tapi ada satu yang menarik perhatian saya, yaitu sebuah ikan cupang hias yang hampir mati. Kata teman saya ikan cupang ini habis bertarung (gila juga, padahal itu cupang hias). Ekornya sudah agak kusut, dan gerakannya juga sudah tidak lincah. Warnanya juga tidak terlalu menarik.
Entah kenapa tiba-tiba teman saya itu menawarkan saya ikan yang mau mati itu. Ya mungkin karena memang dia sudah mau mati atau warnanya tidak menarik lagi. Atau entahlah yang pasti saya senang sekali membawa pulang ikan cupang hias ini.
Ikan ini saya taruh di toples kecil (toples selai), kemudian saya taruh di meja belajar saya. Jadi kalau suntuk gitu tinggal melihat ikan ini. Tapi sayangnya, ikannya sudah lemas begitu. Kalau ayah tidak berkata hal yang bijak, saya tidak tahu apa jadinya. "Ry, kalau kamu memang niat memelihara ikan itu, maka kamu hanya akan berpikir bagaimana membuat ikan itu kembali sehat dan memukau seperti sedia kala. Walaupun sulit, tetapi ada peluang. Ayah ga mau kamu berpikir terbalik, walaupun ada peluang tetapi hal ini sulit…."
Cess… Dalam sekali nasihatnya. Subhanallah. Iya, benar juga. Akhirnya saya coba untuk mencari tahu bagaimana kiat menyembuhkan, kiat memperindah, kiat merawat ikan cupang hias ini. Saya bayangkan suatu saat nanti ikan ini akan tumbuh dengan indahnya Sampai saya rela mencari kutu air (kalau jentik nyamuk beda gizi katanya, siapa tuh yang bilang waktu itu), walaupun sampai nyari ke empang tetangga. Gapapa deh. Yang penting ekornya yang indah itu bisa berkibar lagi.
Dan memang benar, hanya dalam waktu beberapa minggu (bahkan hari), kesehatannya membaik dan dia tampak lincah kembali. Ekornya semakin besar dan melebar indah berkilauan. Warnanya adalah gradasi antara hijau perak dan biru (Subhanallah banget deh pokoknya ikan ini). Ketika saya sedang belajar dan lagi suntuk, saya lihat ikan ini kesana-kemari di meja belajar. Sambil mengibas-ngibaskan ekornya yang indah berkilauan.
Subhanallah, indah sekali….
Seolah-olah dia tahu ketika saya sedang bosan, dia kibarkan kecantikan ekornya dengan sangat elegan (apa ya bahasanya?), seolah-olah dia tahu kalau saya sedang ingin dihibur. Seolah-olah dia tahu bahwa dia harus berterima kasih karena dia sudah ditolong.
Kalau ada pertemuan tentunya ada perpisahan. Memang mungkin karena umur, ikan ini akhirnya mati. Dan saya waktu itu sempat meringis sedih juga karena ikan ini sudah bersama saya selama beberapa bulan dan selalu menemani saya ketika belajar.
Dan tahukah kamu kawan, semenjak saat itu saya termotivasi untuk bisa menjadi seperti ikan itu. Memiliki keindahan pribadi yang menawan, untuk memberi kesejukan kepada orang lain, dan bermanfaat bagi sesamanya.
Kalau ikan itu bisa membuat manusia termotivasi untuk bekerja keras, kenapa kita tidak bisa memotivasi diri kita dan orang lain untuk menggunakan potensi semaksimal mungkin?
Kalau ikan itu bisa memberikan sebuah keindahan dan ketentraman di hati manusia, kenapa kita tidak bisa mencoba memberikan rasa nyaman dan tenteram dengan keindahan akhlak perilaku kita kepada manusia?
Kalau ikan itu bisa menampilkan keindahannya dari keadaan hampir menjadi seonggok bangkai , kenapa kita sebagai manusia hanya bisa menjelek-jelekkan dan iri kepada orang lain yang lebih dari kita?
Kalau ikan itu senantiasa dirindukan pemiliknya, apakah kita yakin kalau diri kita merupakan pribadi yang dirindukan? Atau bahkan teman-teman kita enggan dengan kehadiran kita!
Kalau ikan itu bisa membuat pemiliknya menangis ketika dia mati, apakah kita yakin seandainya kita saat ini meninggal, kepergian kita akan dirindukan?
Nice day everybody. cups
Tidak ada komentar:
Posting Komentar